Kasih Itu

Sabar, Murah Hati, Tidak Cemburu, Tidak Memegahkan Diri, Tidak Sombong, Tidak Melakukan Yang Tidak Sopan, Tidak Mencari Keuntungan Diri Sendiri, Tidak Menyimpan Kesalahan Orang Lain, Tidak Bersukacita Karena Ketidakadilan, Menutupi Segala Sesuatu, Percaya Segala Sesuatu, Mengharapkan Segala Sesuatu, Sabar Menanggung Segala Sesuatu.

Rabu, 26 Maret 2008

Sepatu Profesional Tak Layak Buat Atletik

By. Hartono
Borneo Tribune, Pontianak

Upaya yang dilakukan oleh Satgas PON dengan pengadaan pembalian sepatu bermerek “Profesional” bagi atlet yang akan menerbangkan sayapnya ke PON XVII Kaltim Juli mendatang menuai protes dari atlet atletik Kalbar Edwin Pattileamonia. Menurutnya, sepatu yang bermerek profesional tersebut tak layak untuk digunakan. Pasalnya selain berat, bila dipakai menyebabkan kaki lecet.
“Kalau sepatu profesional inikan tak layak buat atlet, tapi nggak tahulah kalau atlet yang di daerah datang langsung ambil, tetapi inikan untuk atlet nasional,” ungkap Edwin.
Menurutnya khusus untuk atletik, tidak berharap sepatu yang sudah dibeli tersebut dikembalikan, akan tetapi yang mereka inginkan agar peristiwa tersebut tidak terjadi kembali untuk tahun-tahun yang akan datang.
Ini menurutnya suatu teguran bagi Satgas PON. Secara pribadi dirinya tidak minta sepatu yang kelasnya tinggi, paling tidak merek yang standar seperti eagle atau spotex.
Hal senada dikatakan, Gomes, pelatih Wushu Sanshou, pengdadaan sepatu yang baru terbilang dua minggu ini melenceng dari kebutuhan yang diinginkan oleh atlet.
“Kalau untuk rekreasi si tidak apa inikan digunakan untuk di PON yang kelasnya tingkat nasional,” terangnya. Ia berharap Satgas PON jika ingin atletnya berprestasi betul-betul diperhatikan. Jangan kerja setengah setengah-setengah.
Dalam kesempatan itu, Edwin juga sempat menyinggung terkait dengan pengadaan kaos Pelatda PON yang menurutnya dinilai tak layak, sebab tidak berkualitas. “Tipis begini mau dibawa ke Kaltim, malu dong,” ujar Edwin rada-rada menyindir.
Ia menambahkan kualitas kain kaos tersebut sangat tidak realistis dengan harga seperti yang disebut perbajunya Rp60 ribu. “Kalau mau dilihat dari bahan itukan kalah jauh,” katanya.
Ia menilai perhatian yang diberikan oleh pengurus Satgas kurang menunjukkan adanya keseriusan, padahal di satu sisi mereka menuntut supaya atlet punya prestasi yang baik namun tidak didukung dengan fasilitas yang memadai, itu semua percuma.
“Pemerintah dalam arti Satgas jangan hanya berpatokan kepada atlet, segala sesuatukan harus ditopang dari semua sisi,” sarannya.
Ia berharap ada perhatian dari Satgas PON terhadap atlet yang menjalani Pelatda, sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai. “Jangan sampai hanya kita ngomong saja tapi pelaksanaan di lapangan nggak jalan,” tukasnya.
Selain itu ia juga menyinggung terkait dengan gizi dan kesehatan atlet. Pasalnya satgas khusus kesehatan selama ini dinilai tidak berfungsi. “Kesehatan atlet itu diperhatikan ada atlet yang cedera atau mengalami kesehatan yang kurang bagus, jangan limpahkan kepada pelatih, karena pelatih itukan tugasnya mendampingi atlet,” tambahnya.
Edwin membandingkan pelaksanaan Pelatda PON XVI jauh lebih baik dari Pelatda PON XVII sekarang. Sisi lemahnya yang terjadi saat Pelatda sekarang menurut Edwin kebersamaan antara pengurus, pelatih dan atlet kurang. “Antara Satgas dengan pelatih sama atlet itu kurang kerjasama seperti pada PON sebelumnya,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Template by : Andreas aan kasiangan.blogspot.com