Kasih Itu

Sabar, Murah Hati, Tidak Cemburu, Tidak Memegahkan Diri, Tidak Sombong, Tidak Melakukan Yang Tidak Sopan, Tidak Mencari Keuntungan Diri Sendiri, Tidak Menyimpan Kesalahan Orang Lain, Tidak Bersukacita Karena Ketidakadilan, Menutupi Segala Sesuatu, Percaya Segala Sesuatu, Mengharapkan Segala Sesuatu, Sabar Menanggung Segala Sesuatu.

Senin, 30 Maret 2009

Sejak 4 Tahun Lalu, Sekadau Tak Miliki Pasar Babi

Hermanus Hartono
Borneo Tribune, Sekadau

Pasar Ibu Kota Kabupaten Sekadau sejak 4 tahun yang lalu, hingga saat ini tak miliki pasar babi khsusus. Akibatnya daging babi di daerah tersebut menjadi langka dan berimbas kepada konsumen.

Pak De salah seorang warga Tiong Hoa yang menjual masakan menu babi di pasar Sekadau menuturkan, keberadaan pasar babi di Sekadau terakhir sejak pada tahun 2005. Sebagai big bos pasar babi waktu itu kata Pak De adalah bapak Acay.

Perubahan waktu yang tidak terasa, ternyata membuat usai bapak Acay semakin tua. Apalagi big bos pasar babi itu tidak ada orang lain lagi, selain bapak Acay. Di usianya yang semakin senja, membuat bapak Acay tak berdaya, apalagi kerja memotong babi bukanlah pekerjaan yang gampang. Sebab sebelum waktu subuh tiba, daging babi tersebut sudah harus tersedia di meja jualan. Untuk itu bapak Acay memilih tidak membuka pasar babi lagi.

Karena Pak De adalah penjual menu masakan babi, maka daging babi benar-benar menjadi kebutuhan. Karena itu merupakan satu-satunya sumber pendapatan bagi Pak De dalam memenuhi kebutuhan hdupnya sehari-hari.

”Sekarang dengan tidak adanya keberadaan pasar babi, sulit bagi kita untuk peroleh daging babi, kalau pun ada kita harus memesan terebih dahulu kepada penjual jajakan, yang berasal dari Bodok (Kabupaten Sanggau), dan beberapa penjual yang berasal dari kampung yang ada di Sekadau, dan itupun tidak setiap hari,” ucap Pak De.

Untuk mengantisipasi kelangkaan daging babi tersebut, Pak De biasanya memesan seekor babi yang masih hidup kira-kira 40 kg kepada peternak babi, kemudian dipotong secara pribadi dan tidak dijual dalam bentuk daging, karena untuk kebutuhan menu masakan babi. ”Ini yang biasa ngai lakukan, sebab kalau tidak begitu ngai tidak bisa jualan, palagi inikan sumber penghasilan ngai,” kata Pak De sambil tersenyum.

Saat ditanya apakah Pak De ada rencana mau buka pasar babi, dia menjawab tak mampu, karena modal yang diperlukan sangat besar. Dalam satu ekor babi bisa capai jutaan. ”Mana kita mampu,” ucap Pak De. Tetapi terus terang kebutuhan akan daging babi di Sekadau cukup tinggi. Dalam waktu sehari bisa terjual sekitar 100 kg hingga 200 kg. Bahkan kalau hari raya besar seperti natal dan tahun baru imlek jumlah pembali semakin meningkat.

Tidak ada komentar:

Template by : Andreas aan kasiangan.blogspot.com