Borneo Tribune, Sekadau
Long Bungsoi (70) seorang bapak tua, asal Desa Peniti Kecamatan Sekadau Hilir yang sehari-harinya bekerja sebagai petani, dengan tegas menyatakan masyarakat bisa sengsara gara-gara uang yang telah diberikan calon legislatife (Caleg) pada Pemilihan Umum (Pemilu) anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota yang dilaksanakan pada 9 April 2009 lalu.
”Waktu itu Pemilu legisltif di tempat saya benar-benar carut marut. Masing-masing caleg melalui tim suksesnya bergentayangan seperti kelelawar membagi-bagikan duit kepada masyarakat. Ada yang diberi Rp5 ribu, ada yang diberi Rp10 ribu sampai seterusnya,” lirih Bungsoi ketika ditemui di warung kopi pasar Sekadau, Jumat (1/5).
Saat ditanya mengapa masyarakat mau menerima uang yang diberikan oleh caleg tersebut. Dia menjawab, karena terdesak oleh faktor ekonomi. Menurut dia, itu sebetulnya upaya pembodohan yang dilakukan oleh caleg kepada masyarakat.
Hampir sebagian caleg yang lolos, menurut dia rata-rata yang memiliki uang banyak. ”Mereka dengan semao hati menghamburkan uang kepada masyarakat, supaya dipilih oleh masyarakat. Setelah duduk, bayar utang yang mereka pikirkan. Wajar saja kalau masyarakat ditelantarkan,” sindir Bungsoi.
Secara pribadi dia menyayangkan sikap caleg yang demikian. Setelah terpilih mereka bukan lagi disebut caleg, tapi sudah disebut anggota dewan. Politik uang yang telah mereka lakukan kepada masyarakat adalah sikap yang tidak terpuji. ”Mereka inilah yang membuat masyarakat bodoh,” tegas Bungsoi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar